Status
sosial atau kedudukan merupakan posisi seseorang secara umum dimasyarakat dalam
berinteraksi dengan orang lain. Sedangkan peranan sosial merupakan aspek yang
timbul dari status sosial tersebut. Dalam kehidupan, peran berfungsi sebagai pengatur
perilaku seseorang. Orang tersebut akan berusaha menyesuaikan perilaku dirinya
dengan perilaku orang di sekitarnya.
Seseorang
dapat memiliki beberapa status/kedudukan karena memiliki beberapa pola
kehidupan. Beragam status yang dimiliki seseorang bias mempunyai pertentangan
atau konflik.
Pada
bagan “Status dan Peran” diatas, dapat dijumpai konflik-konflik dari tugas dan
tanggung jawab seorang wanita yang memiliki status sebagai seorang bidan, ketua
PKK, dan sebagai seorang ibu.
Seorang
wanita berstatus sebagai ketua PKK memiliki peran untuk menghadiri rapat PKK.
Dan di saat yang sama ia juga memiliki status sebagai seorang bidan yang
memiliki peran untuk membantu persalinan seorang ibu. Dan pada saat yang sama
pula ia juga berstatus sebagai seorang ibu yang harus mengurus anaknya yang
sedang sakit. Ketiga status dan peran ini harus dijalankan seluruhnya dan
sama-sama tidak dapat ditinggalkan.
Keadaan
ini akan menimbulkan koflik yang memaksa wanita seolah harus memilih manakan
yang paling penting dan harus dikerjakan. Padahal ketiga-tiganya penting dan
tidak dapat ditinggalkan. Sebenarnya konflik ini memiliki solusi terbaik yang
dapat dilakukan tanpa harus meninggalkan salah satunya.
Pertama,
ia memiliki status sebagai ketua PKK yang harus menghadiri rapat PKK. Menurut
saya ia dapat meminta ijin untuk tidak menghadiri rapat tersebut jika rapat itu
dianggap tidak terlalu penting. Selain itu ia dapat mengajukan saran agar rapat
tersebut dapat diubah waktunya ke hari libur. Melihat statusnya sebagai seorang
ketua otomatis seluruh kegiatan harus melewati persetujuannya agar dapat
dilakukan. Jika rapat tersebut sangatlah penting dan mendesak maka ia dapat
mengutus wakil ketua untuk menggantikannya dalam rapat tersebut. Selain itu ia
tetap dapat meminta materi dan hasil rapat dari notulen rapat tersebut.
Selain
itu, ia juga memiliki status sebagai bidan yang berperan dalam menolong
kelahiran. Sebagai bidan yang merupakan status, kedudukan, dan profesi ia
dituntut untuk bersikap professional. Sikap ini menuntut agar tidak mencampur
adukkan urusan pribadi dan profesi dan menjadikan salah satunya sebagai alasan
agar dapat menghindarinya. Sehingga menurut saya pertama kali yang dilakukan
adalah meminta ijin untuk tidak dapat berangkat bekerja. Jika ijin tidak diberikan
maka ia harus tetap mengerjakan profesi tersebut namun meminta agar dipulangkan
lebih awal.
Selain
itu ia juga berstatus sebagai ibu rumah tangga yang harus menjaga anaknya yang
sedang sakit. Menurut saya ia dapat memeriksakan anaknya di pagi hari di
puskesmas sebelum ia berangkat bekerja dan menyuruh seseorang untuk
menggantikannya menjaga anak tersebut seperti kakek, nenek, saudara atau
babysister. Ia dapat tetap memantau kondisi anaknya dari sang pengganti melalui
telepon genggam, media sosial dan lain-lain. Selain itu ia juga seorang bidan
dan sudah pasti mengetahui langkah terbaik untuk mengatasi anaknya melalui
penggantinya. Memberikan pedoman dan langkah untuk merawat anaknya. Kemudian
saat ia pulang dan anaknya masih sakit ia dapat membawanya ke rumah sakit. .
Dari
beberapa penyelesaian diatas kita dapat memilah-milah mana yang dapat
diterapkan dan mana yang tidak. Dari berbagai konflik yang muncul dari satus
dan peran dalam interaksi sosial kita dituntut untuk mencari penyelesaian
terbaik dalam mengatasi konflik tersebut. Penyelesaian tersebut tentu dapat
ditemukan dengan mengetahui prioritas dan inti dari masalah tersebut tanpa
melupakan profesionalisme kita.
Download dalam bentuk dokumen di sini:
http://downloads.ziddu.com/download/25147752/Peran_dan_Konflik.docx.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar