A. Tipe
Keluarga
Keluarga
yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan.
Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya.
Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka bidan perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
1.
Tipe Keluarga Tradisional
a.
Keluarga inti (The
nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat). Ayah,
ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b.
Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
c. The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita.
d.
The extended family (keluarga luas/besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek),
keponakan, dll).
e.
The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak,
hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan).
f.
Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
g.
Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
h.
in-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.
Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
i.
Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
j.
The single adult living alone / single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal
mati.
2. Tipe
Keluarga Non Tradisional
a.
The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b.
The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
c.
Commune family
Beberapa pasangan keluarga
(dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.
d.
The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e.
Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital
partners).
f.
Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama
diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g.
Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah
satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan
anaknya.
h.
Group network family
Keluarga inti yang dibatasi oleh
set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan
barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya.
i.
Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak
ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
j.
Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k.
Gang
Sebuah bentuk keluarga yang
destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga
yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
B. Fungsi
Keluarga
Friedman (1992) menggambarkan
fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada
proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut.
Proses ini termasuk komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan,
resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun
eksternal.
Fungsi reproduksi, seksual,
ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan secara psikologi
antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan
menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang
menyimpang.
Tujuan yang ada dalam keluarga
akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara
langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan
pemecahan masalah.
Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah:
1. Fungsi
Sosialisasi
Keluarga
sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping,
memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan
fungsi ini, keluarga adalah tempat untuk membesarkan anak secara normal
dan wajar. Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga harus menjadi sarana bagi
terjadinya proses sosialisasi yang sempurna, sehingga anak dapat
berperilaku normal sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Apabila masa anak yang sedang mengalami proses sosialisasi tidak diperhatikan
dengan baik, maka akan ada kecenderungan bagi anak untuk mempelajari hal-hal
yang menyimpang atau tidak sesuai dengan kaidah-kaidah yang seharusnya.
Dampaknya, anak tidak memiliki kepribadian sebagaimana yangsesungguhnya
diharapkan oleh keluarga.
3.
Fungsi Efektif dan Kopling
Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam
membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
Lembaga
keluarga harus mampu menjalankan fungsi pengawasan terhadap perilaku
seluruh anggota keluarga. Pengawasan ini sangat penting mengingat dalam
lembaga keluarga selalu tumbuh permasalahanpermasalahan atau dinamika
keluarga yang apabila tidak ada kontrol sosial maka dampaknya akan fatal.
Orang tua harus mengawasi perilaku dan perkembangan anaknya. Suami dengan istri
atau sebaliknya juga harus saling mengontrol, bahkan anak terhadap orang tua
juga harus saling mengontrol agar tidak terjadi penyimpangan keluarga dalam
kehidupan sehari-hari.
4.
Fungsi Ekonomi
Keluarga
memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat.
5.
Fungsi Fisik
Memberikan
keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan
dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.
6.
Fungsi Reproduksi
Keluarga
melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
C. Peran
Keluarga
Peran adalah serangkaian perilaku
yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud
dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya
status sebagai istri/suami atau anak.
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan indifidu dalam keluarga di dasari oleh
harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga
adalah sebagai berikut :
1.
Peran Ayah
Peran ayah antara lain adalah
sebagai pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2.
Peran Ibu
Peran ibu antara lain adalah
sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan
sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.
3.
Peran Anak
Peran anak antara lain adalah
sebagai pelaksana peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya,
baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
Daftar
Pustaka
Syafrudin
dan Mariam N. 2010. Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta:
Trans Info Media
Ahmadi
Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
http://dokumen.tips/documents/tipe-dan-struktur-keluarga.html
(diakses pada 18 Oktober 2015 pukul 20:16)
Download dalam bentuk file dokumen di sini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar